Thursday, March 22, 2007

Labirin

Langkah kaki itu makin melemah. Bukan dalam arti harafiah. Makna yang ditapaki kian hari kian menghilang. Meski banyak tempat ia datangi untuk mencari kesejatian yang dulu pernah bersemayam. Juga seringkali ia berhenti untuk menanyakan arah atau sekadar mengistirahatkan diri kala lelah memuncak. Tapi aneh, semakin jauh ia menapak semakin hilang esensi hidup.

Jika terus maju, lama kelamaan jiwanya akan kosong. Alih-alih mencari isi jiwa namun yang didapatkan adalah kosong. Namun, jika ia mundur atau berhenti, ia akan mati. Entah karena bosan atau malu. Tapi, seperti-nya kebosanan-lah yang akan membunuh jiwanya. Karena ia tidak ingin mati sekarang, akhirnya ia memutuskan untuk melangkah maju, meski kekosongan jiwa akan ditemuinya.

Langkah demi langkah ia tapaki memasuki labirin yang akan menghantarkannya pada sesuatu yang kosong. Ia bisa merasakan. Setelah beberapa ratus langkah, ia berhenti, seolah mempertanyakan kembali dan menyesal. Ia tampak bimbang. Labirin yang harus diterobosnya kali ini memiliki banyak jalur. Tidak seperti sebelumnya. Labirin yang satu ini sangat kompleks. Sedetik, semenit, hingga sejam berlalu, kaki itu tetap diam.

Inikah akhir dari perjalanan itu? Sebuah kekosongan jiwa yang terlahir dari kebimbangan. Kosong yang mengakibatkan kaki kebingungan untuk bertindak. Maju, diam atau mundur… Tapi, sejurus kemudian kaki itu tiba-tiba berlari. Cepat sekali hingga derap langkahnya bergema di dinding labirin ini. Kaki-kaki itu seolah telah menemukan tempat tujuannya.

Dalam setiap derap lari yang menapak tanah, ia mulai menyadari bahwa kekosongan jiwa dan kelemahan langkahnya adalah hasil ciptaan pikirannya. Karena sesungguhnya jalan apapun yang ia tempuh akan memberikan sesuatu. Meskipun dengan sensasi yang berbeda. Jalan yang akan menyampaikannya pada keparipurnaan makna hidup. Ia tidak boleh berhenti atau mundur karena itu artinya mati.

Kini kaki itu semakin mendekati tujuannya karena seberkas cahaya telah tampak di depannya. Ia berakselerasi, seakan berkejaran dengan desiran angin yang membisikkan bahwa di ujung jalan ini jawaban atas semua pertanyaan telah dihamparkan. Hingga akhirnya ia sampai di ujung labirin.

Hening… Ia heran karena menemukan bahwa dirinya kini berada di tempat awal sebelum ia melakukan perjalanan. Ia berhenti, mencoba melepaskan semua kelelahan dan ketegangan yang melingkupi. Ia diam. Akhirnya ia paham bahwa apa yang ia cari selama ini ternyata berada di dalam dirinya, di dalam hatinya…

230307

keep fight !!!!!!!!!!!!!!!!!

Wednesday, March 21, 2007

‘Saya kecewa…’

Dalam setiap tindakannya, setiap manusia ingin menjadi sosok yang mampu memenuhi setiap kebutuhan orang terhadap dirinya. Itu dikarenakan sifat psikologi manusia yang ingin selalu diterima lingkungannya. Keberterimaan itu dapat terwujud jika terpenuhinya hak-hak setiap manusia dalam suatu lingkungan sosial.

Satu kata yang paling ditakuti oleh manusia, menurut saya, adalah kekecewaan. Satu kata itu bisa jadi merubah orientasi hidup atau hilangnya semangat berkarya hingga kekosongan jiwa. Kekecewaan dapat terbentuk dalam sekali langkah atau merupakan hasil akumulasi. Dari mana dan kapan saja rasa itu terbentuk, tetap merupakan sebuah deklarasi atas kekurangan diri, setidaknya dari orang-orang di sekitar. Atau sebaliknya, dari orang terhadap lingkungan sosial. Merupakan hal yang sulit untuk menerima kata-kata, ‘saya kecewa terhadap Anda.’

Kekecewaan bisa mencapai titik kulminasi yang disebut ke-apatis-an. Yang akhirnya berimbas pada terputusnya hubungan sosial lingkungan ke diri orang atau sebaliknya. Namun, bisa juga berefek pada ke-posesif-an individu untuk memperbaiki kesalahannya itu. Banyak hal yang mungkin terjadi akibat kata ‘kecewa’. Akibat internal maupun eksternal pada lingkungan. Maka, bisa jadi lebih baik untuk tidak mengungkapkan kekecewaan itu, namun langsung memberi saran untuk perbaikan.

Ungkapan kekecewaan adalah hak setiap individu. Oleh karena itu, agar dapat tetap ‘hidup’, seharusnya kita menyandarkan penilaian diri kepada Allah, bukan kepada manusia. Tapi, sejujurnya tetap saja sulit untuk mengabaikan penilaian manusia itu. Jadi, sebelum kita mengungkapkan kekecewaan kepada orang lain, berpikirlah seribu kali.


210307

'Ayah, maafkan...'

Wednesday, March 7, 2007

Laki-laki dan Ego

Aktivitas di kampus memberikan sebuah proto-type kehidupan sosial. Berinteraksi dengan sesama manusia dalam rangka mencapai sebuah tujuan, untuk mempermudahnya dibentuklah organisasi. Di dalam organisasi tersebut berbaurlah orang-orang dengan berbagai karakter, tujuan, motivasi dan pastinya berbeda jenis. Dalam hal ini keberadaan laki-laki dan perempuan menjadi sebuah sistem kesetimbangan yang akan menstabilkan jalannya sebuah organisasi.

Berdasarkan pengalaman beraktivitas di lingkungan kampus khususnya kemahasiswaan, ada fenomena yang unik dan aneh. Disini aura politik lebih kental terasa dicampur dengan usaha-usaha pelayanan dalam rangka menjalankan amanah dan karena sebuah misi utama. Terlepas dari adanya tarik-ulur politis yang terjadi di kampus antara berbagai kepentingan, di tempat ini terdapat keseimbangan eksistensi antara laki-laki dan perempuan. Namun, yang unik dan aneh adalah dari tahun ke tahun porsi tanggung jawab terhadap wilayah kerja masing-masing bergeser secara drastis.

Kenapa unik dan aneh?? Organisasi yang bergerak di wilayah ini pastinya berbau politik dan biasanya wilayah ini digemari oleh laki-laki. Namun, entah mengapa belakangan terjadi ketimpangan. Wilayah politik dan logistik secara wajar menjadi porsi laki-laki karena fitrah yang telah Allah berikan, sedangkan fungsi perempuan di sana adalah sebagai pengkader. Dengan begitu terjadi kesetimbangan.

Tahun ini fenomena unik dan aneh itu terus menguat. Dari peristiwa yang teramati, ada sebuah usaha 'pelepas tangan'-an dari para laki-laki terhadap wilayah kerja-nya yang wajar itu. Pernah membayangkan jika seorang penasihat pribadi calon pemimpin sebuah organisasi itu adalah perempuan?? Dimana sang penasihat pribadi ini kemudian memberikan political advice, mengatur jadwal, bahkan mengarahkan paradigma pikir sang calon tadi. Isn't it weird?

Ada lagi, beberapa waktu ini, para laki-laki menyerahkan tugas logistik seperti buat baligho kepada perempuan. Sedangkan ketika dicek ternyata keberadaan para laki-laki itu ada di sekitar kampus. So, where are they? What did they do?.

Satu lagi, beberapa waktu lalu, ketika mengadakan perjalanan politik ke Jakarta, para perempuan dibiarkan pulang sendirian dengan sebuah mobil tanpa penjagaan. Di dalam mobil tersebut perempuan semua, tentunya. Saat itu alasan yang diberikan para laki-laki adalah keamanan akan terjamin karena ada perempuan yang lebih senior. Lalu, ketika si perempuan senior ini pulang sendirian setelah mengantarkan, beliau dalam penjagaan siapa?? Aneh!

Beberapa fenomena ini mungkin tidak aneh karena bisa jadi inilah saatnya perempuan diberikan wilayah gerak yang lebih luas. Tapi, benarkan karena itu? Atau karena laki-laki dan ego-nya. Ego untuk mempertahankan posisinya berada 'di gua' dan enggan melihat sekitar. Secara psikis perempuan diberikan kelebihan dalam 'merasakan' lingkungan sekitar. Jadi, ketika melihat ada tugas yang seharusnya dikerjakan para laki-laki langsung diambil oleh mereka. Juga ketika melihat ada adik kelas yang membutuhkan tempat untuk mencurahkan dan berdiskusi. Padahal adik kelas-nya itu laki-laki. So, where are u,guys?

Ada kesalahan dalam memahami eksistensi masing-masing individu dan dibiarkan berlarut-larut. Berdasarkan apa-apa yang pernah saya alami, jika hal ini terus dibiarkan segalanya akan hancur. Bisa jadi sudut pandang yang saya pakai untuk melihat fenomena-fenomena tadi salah. Tapi, paparan tadi menunjukkan bahwa laki-laki dan ego adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Secara positif ego ini merupakan salah satu kekuatan utama untuk menjadi qawwam (pemimpin) di lingkungannya, asalkan tepat pemakaiannya. Jadi, sebenarnya tidak ada yang salah dengan laki-laki dan ego. Juga tidak ada yang salah dengan peluasan wilayah gerak perempuan, hanya saja jangan kebablasan karena masing-masing telah diciptakan sesuai fitrah-nya. Wallahu'alam,

080307
Kita memang beda!!