Monday, July 16, 2007

Mendidik Masa Depan

Semoga tak akan pernah terlepas dalam benak setiap jiwa pembaharu, pikiran untuk memperbaiki bangsa ini. Pembicaraan mengenai masalah bangsa tidak akan pernah habis. Bahkan bisa jadi seperti memasuki lingkaran setan yang tak berujung. Meskipun kini banyak talkshow di TV bertemakan perbaikan kondisi atau pencarian solusi terhadap masalah bangsa, namun pada akhirnya cacian yang terlontar atau bahkan sindiran yang tak patut. Tapi, masalah-masalah ini memang tetap harus dibicarakan agar rumusan solusi didapat.


Bisakah pensolusian itu didapat ataukah hanya permainan politik dan ajang unjuk gigi saja? Tanpa ada langkah konkrit untuk memperbaikinya sehingga pada akhirnya rakyat menjadi penonton abadi yang tak pernah merasakan arti keadilan dan kesejahteraan.


Solusi masalah bangsa : perbaikan golongan tua atau pengkaderan generasi muda. Dua-duanya masih mungkin untuk dilakukan. Hanya saja, effort untuk poin pertama akan lebih besar dibanding kedua. Perbaikan mindset golongan tua membutuhkan kecerdasan luar biasa karena biasanya golongan tua merasa dirinya lebih banyak makan garam kehidupan. Mindset golongan tua adalah apa-apa yang telah ditanamkan oleh Orba.


Oleh karena itu, cara lain yang harus diusahakan adalah pengkaderan generasi muda. Meskipun kini mereka dicekoki oleh gelombang pemikiran dan gaya hidup barat (baca:ghazwul fikr/perang pemikiran) oleh seluruh media kehidupan, masih ada setitik harapan. Penyelamatan mereka dari perang era baru ini masih memungkinkan, selama para jiwa pembaharu dapat mempertahankan idealisme dan keyakinan ketika bersentuhan langsung dengan generasi muda ini. Untuk kemudian menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran hakiki untuk mengantarkan mereka kembali kepada fitrahnya. Islam.


Hal lain terkait dengan pengkaderan generasi muda adalah pendidikan terhadap anak-anak kita. Karena mereka-lah masa depan bangsa ini. Pendidikan yang diberikan harus mampu menciptakan manusia yang seutuhnya, lahir batin, intelektual-spiritual. Pendidik sesungguhnya adalah orang tua. Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya hanya sebagai tools pembantu dalam mengenalkan berkehidupan sosial. Selebihnya adalah peran orang tua.


Mendidik anak adalah mendidik masa depan bangsa. Pendidikan untuk para pemimpin bangsa tidak bisa mengandalkan tenaga pengajar yang hanya berinteraksi selama 2-3 jam di kelas, melainkan membutuhkan pengajar abadi yaitu orang tua, ayah ibu. Mereka akan menyerap pelajaran seperti apa yang dicontohkan oleh pengajar abadi-nya bukan diperintahkan. Selain itu dibutuhkan syarat tambahan yang mutlak yaitu kasih sayang.


Wajar bila orang tua mencintai anak-anaknya, tapi kita patut miris melihat kondisi sekeliling. Banyak sekali anak kecil yang harus berkeliaran di jalan demi sekeping uang logam. Sedangkan orangtua mereka mengawasi di sisi jalan. Benarkah anak-anak itu dicintai? Ini adalah PR besar untuk kita karena mereka juga akan menjadi bagian dari masa depan bangsa ini. Allahu’alam.


130707
kelak, jika diperkenankan.


2 comments:

Trian Hendro A. said...

kelak, jika diperkenankan

hmm.. diperkenankan, diperkenankan...

*kapan?

ratih putri said...

pro trian:=D..unanswered question

*provokatif!