Thursday, July 19, 2007

Bunga dan Kupu-kupu

Bunga ’Selamat Datang’. Itu sebutan untuk bunga berwarna merah muda yang selalu hadir di awal tahun ajaran. Bunga ini ada di gerbang depan (selatan) dan dekat perpustakaan pusat (daerah belakang-utara) di kampus ganesha. Nama sebenarnya tidak pernah ada yang mencari. Mungkin karena bunga ini sudah terkenal dengan namanya, selamat datang; selamat berjuang!. Bunga ini diperuntukkan untuk mahasiswa baru. Tapi, bisa juga untuk mahasiswa lama yang dituntut untuk memperbarui semangatnya agar terus berusaha cepat lulus. Untuk mereka, selamat datang asa baru!

Bunga ini tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan membentuk rangkaian panjang dari ujung kiri ke kanan. Seperti layaknya sebuah gerbang yang menyapa di atas kepala. Bunganya kecil-kecil, tidak seperti mawar atau tulip. Namun, mereka tetap cantik dan menawan. Indah dipandang mata. Apalagi jika melewati gerbang bunga ini di pagi hari pertama kuliah. Subhanallah, perpaduan yang sempurna antara kabut sisa semalam dan semburat mentari pagi. A new day has come!, mungkin begitu kata mereka.

Dua sampai tiga bulan setelah Bunga Selamat Datang bermekaran, kini tiba waktunya bagi bunga-bunga kuning yang berlokasi di tengah kampus. Entah nama mereka sebenarnya apa. Mereka segolongan dengan kamboja. Bunga berwarna kuning; bunga persahabatan. Mereka berbeda dengan bunga merah muda tadi, bunga persahabatan ini berdiri sendiri-sendiri. Mereka memiliki pohon yang berbunga pada 4 atau 5 dahannya. Bunga ini menghiasai taman di antara dua gedung di sisi barat dan timur. Konsep yang menarik: keseimbangan.

Merupakan sebuah kenikmatan yang patut disyukuri karena masih diberikan kesempatan untuk merasakan mekarnya Bunga Selamat Datang dan Bunga Persahabatan pada tahun ke-5 ini. Semoga ini yang terakhir sehingga bisa melihat keindahan mekar bunga-bunga yang lainnya.

Kembali pada masa ini 3 tahun yang lalu dengan latar suasana yang masih sama, terkenang tentang kisah seorang kakak, sahabat, dan guru; Sigit Firmansyah S., alm. Rasanya semua orang di kampus ganesha mengenal beliau. Semua pun akan mengenang beliau sebagai sosok yang nyaris sempurna dari segala sudut ke-manusiaan-nya. Ketundukan sebagai hamba Allah yang paripurna (insyaAllah), selama hidupnya hingga khusnul khotimah di akhir usia dengan lafaz, Allah... Orang baik akan diiringi oleh semerbak harum dan cahaya saat malaikat pencabut nyawa datang.

Arti perjuangan dan totalitas telah diajarkan tepat di depan tempat mekarnya Bunga Persahabatan. Pembelajaran menjadi orang yang lebih baik dan lebih bermanfaat dilalui dengan menghabiskan masa untuk persiapan OSKM (penerimaan mahasiswa baru). Masa itu begitu heroik. Seorang Sigit telah menjadi guru yang mengajarkan lewat perilaku, bukan kata-kata. Hampir setiap hari kami rapat di tempat ini, karena itu melihat kupu-kupu berseliweran bukanlah hal yang sulit. Meskipun saat itu adalah masa dimana komitmen dan niat diuji, namun semua terasa ringan. Mungkin karena ditemani bunga, kupu-kupu, dan sahabat-sahabat...

Bunga, kupu-kupu dan orang baik. Adakah hubungan antara mereka?
Dua hari yang lalu, di dalam angkutan umum ada seorang perempuan berumur 14-15 tahun. Mungkin beliau anak SMP. Berjilbab rapi dan bersahaja. Wajahnya sangat teduh. Ada hal yang lebih menarik, sewaktu beliau naik, ada kupu-kupu yang juga ikut naik. Kupu-kupu itu terbang bolak balik di atas kepala perempuan tadi. Subhanallah, apakah kupu-kupu itu bisa memindai kebaikan orang?

Logikanya, kupu-kupu selalu terbang menuju bunga karena ada makanan disana. Bunga yang beraneka warna menjadi pendukung agar kupu-kupu tadi terbang ke arah sana. Itu sunatullah. Bunga adalah analogi yang sesuai untuk segala sesuatu yang sifatnya baik, tak terkecuali manusia. Jadi, jika ada kupu-kupu yang terbang bolak balik di sekitar kita, apakah itu pertanda bahwa kita adalah orang baik?? Mungkin ini patut untuk dijadikan bahan evaluasi diri. Tapi, yang pasti bukan karena kupu-kupu-nya nyasar kali ya...=)

190707
Begitu indah untuk disesali...

Monday, July 16, 2007

Mendidik Masa Depan

Semoga tak akan pernah terlepas dalam benak setiap jiwa pembaharu, pikiran untuk memperbaiki bangsa ini. Pembicaraan mengenai masalah bangsa tidak akan pernah habis. Bahkan bisa jadi seperti memasuki lingkaran setan yang tak berujung. Meskipun kini banyak talkshow di TV bertemakan perbaikan kondisi atau pencarian solusi terhadap masalah bangsa, namun pada akhirnya cacian yang terlontar atau bahkan sindiran yang tak patut. Tapi, masalah-masalah ini memang tetap harus dibicarakan agar rumusan solusi didapat.


Bisakah pensolusian itu didapat ataukah hanya permainan politik dan ajang unjuk gigi saja? Tanpa ada langkah konkrit untuk memperbaikinya sehingga pada akhirnya rakyat menjadi penonton abadi yang tak pernah merasakan arti keadilan dan kesejahteraan.


Solusi masalah bangsa : perbaikan golongan tua atau pengkaderan generasi muda. Dua-duanya masih mungkin untuk dilakukan. Hanya saja, effort untuk poin pertama akan lebih besar dibanding kedua. Perbaikan mindset golongan tua membutuhkan kecerdasan luar biasa karena biasanya golongan tua merasa dirinya lebih banyak makan garam kehidupan. Mindset golongan tua adalah apa-apa yang telah ditanamkan oleh Orba.


Oleh karena itu, cara lain yang harus diusahakan adalah pengkaderan generasi muda. Meskipun kini mereka dicekoki oleh gelombang pemikiran dan gaya hidup barat (baca:ghazwul fikr/perang pemikiran) oleh seluruh media kehidupan, masih ada setitik harapan. Penyelamatan mereka dari perang era baru ini masih memungkinkan, selama para jiwa pembaharu dapat mempertahankan idealisme dan keyakinan ketika bersentuhan langsung dengan generasi muda ini. Untuk kemudian menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran hakiki untuk mengantarkan mereka kembali kepada fitrahnya. Islam.


Hal lain terkait dengan pengkaderan generasi muda adalah pendidikan terhadap anak-anak kita. Karena mereka-lah masa depan bangsa ini. Pendidikan yang diberikan harus mampu menciptakan manusia yang seutuhnya, lahir batin, intelektual-spiritual. Pendidik sesungguhnya adalah orang tua. Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya hanya sebagai tools pembantu dalam mengenalkan berkehidupan sosial. Selebihnya adalah peran orang tua.


Mendidik anak adalah mendidik masa depan bangsa. Pendidikan untuk para pemimpin bangsa tidak bisa mengandalkan tenaga pengajar yang hanya berinteraksi selama 2-3 jam di kelas, melainkan membutuhkan pengajar abadi yaitu orang tua, ayah ibu. Mereka akan menyerap pelajaran seperti apa yang dicontohkan oleh pengajar abadi-nya bukan diperintahkan. Selain itu dibutuhkan syarat tambahan yang mutlak yaitu kasih sayang.


Wajar bila orang tua mencintai anak-anaknya, tapi kita patut miris melihat kondisi sekeliling. Banyak sekali anak kecil yang harus berkeliaran di jalan demi sekeping uang logam. Sedangkan orangtua mereka mengawasi di sisi jalan. Benarkah anak-anak itu dicintai? Ini adalah PR besar untuk kita karena mereka juga akan menjadi bagian dari masa depan bangsa ini. Allahu’alam.


130707
kelak, jika diperkenankan.


Friday, July 13, 2007

The Greatest Love of All

I believe the children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us of how we use to be


Everybody is searching for a hero
People need someone to look up to
I never found anyone to fulfill my needs
A lonely place to be
So I learned to depend on me


I decided long ago, never to walk in anyone's shadow
If I fail, If I succeed At least I live as I believe
No matter what they take from me They can't take away my dignity


Because the greatest love of all was happening to me
I find the greatest love of all inside of me
The greatest love of all is easy to achieve
Learning to love yourself It is the greatest love of all


And if by chance that special place
That you've been dreaming of
Leads you to a lonely place
Find your strength in love


(George Benson)


We must believe that our life was given for a reason. Our parent is one who can teach it. They give us a huge of love. It creates our-self confidence. Our entire life fulfilled by love and we have learnt to be a real human. At last, we will be able to live as what we believe. It will give us strength to survive and struggle in life, even though we are alone. It is because we know that we are loved.


But, in that lyric we can feel a child-emptiness. This child was searching for a hero, someone to look up to and fulfill his needs. This child didn’t have parent-acceptance. He is alone and he also learned alone. Day by day, world taught him that he must live on his own, never to walk in anyone's shadow. He also learnt that if he fail or succeed it doesn’t matter, at least he live as he believe. He was taught that no matter what anyone takes from him but, they can't take away his dignity. Finally, he knows that the greatest love of all is learning to love him-self. It was needed to make he believes that he is loved and his life was given for a reason.


It was amazing life! What a great children! Actually, they deserve to have a huge of love from their parent. But, it may just a dream for them. Even though they will never feel what a parent love is, I believe that they always have a love from The Creator…

130707
Because we’re never alone…and that children also.