Thursday, January 4, 2007

Saat Memberi Saat Menerima* Kebaikan

*judul sinetron jadul
*Tulisan ini dibuat karena terinspirasi oleh pernyataan seorang saudari tentang perubahan dirinya,selepas ashar tadi.

Ratih : Subhanallah, (nama seorang akhwat) berubah ya sekarang,,

Akhwat : Perubahan ini juga karena ratih (^_^!), karena (nama akhwat lain), karena (nama akhwat lain)…

Ratih : Ko’ bisa??

Akhwat : Karena kita kan ‘sekeluarga’ =). Masing-masing dari kita telah memberikan warna kebaikan kepada saudari kita yang lain. Semoga saya pun bisa memberikan warna kebaikan itu =)

Ratih : Oh ya??

Akhwat : Iya, karena masing-masing kita memberi-menerima…=)

Persisnya seperti apa dunia nyata (luar kampus), saya ga tau pasti. Namun, saya meyakini bahwa ‘dunia itu’ lebih keras dibandingkan dengan ‘dunia sekarang’. Pastinya lebih berat, tantangan lebih besar, peluang terbuka lebar, ideologi ‘aneh’ berseliweran, dll... Tampak menyeramkan =(... But, life must go on! Tinta emas harus ditorehkan!

Dulu, ibu pernah mewanti-wanti, ‘kl jadi orang jangan terlalu idealis, dunia ga bisa dijalani dengan kepolosan..’ Meskipun jadi sering berdebat gara-gara itu, saya tetap meyakini bahwa menjadi orang ‘baik’ adalah suatu keharusan. Menjadi baik di segala situasi, seperti yang selalu dicontohkan Rasulullah. Bahkan ketika orang yang sering melempari beliau kotoran jatuh sakit, beliau menjenguknya. Subhanallah...

Komitmen dan kontinuitas akan menjadi pembeda antara yang benar-benar ‘baik’ dan yang tidak. Ke’baik’an akan menjadi karakter ketika nilai-nilai itu telah terpatri dalam diri dan terlaksana secara tidak sadar. Bukan topeng atau basa-basi semata. Tingkat ke’baik’an yang dimiliki seseorang yang akan menjalani dunia nyata harus tinggi. Kalau tidak, bisa-bisa terseret oleh arus zaman. Na’udzubillah...

Ke’baik’an ini, secara fitrah telah Allah tanamkan di dalam qalbu manusia (god spot,ESQ). Namun, penampakannya terkadang dihalangi oleh syetan dan hawa nafsu. Oleh karena itu, manusia membutuhkan lingkungan yang ‘baik’ sehingga proses pembentukan ke’baik’an itu berjalan lancar dan ber-progress. Lingkungan berfungsi sebagai penjaga nilai, meskipun pilihan untuk berbuat kembali pada manusia-manusia itu sendiri.

Disini-lah peran keluarga sesungguhnya. Dalam sebuah artikel di sebuah majalah muslimah (lupa namanya), disebutkan bahwa penyimpangan pemahaman anak-anak SD di Jakara terhadap seks diakibatkan konsumsi VCD porno yang dijual bebas. Seorang pemerhati sosial menyebutkan bahwa para orangtua tidak bisa menyalahkan sekolah yang dinilai tidak becus dalam mendidik anak mereka. Karena permasalahan yang sebenarnya ada pada kondisi keluarga secara utuh, seperti kemudahan fasilitas (VCD player/HP dgn bluetooth,dll) dan perhatian orang tua terhadap perkembangan anaknya. Ternyata keluarga itu madrasah pertama dan paling utama...

‘Keluarga’ yang saya maksudkan pada percakapan di atas adalah keluarga yang lain. Dalam ‘keluarga’ ini frekuensi pertemuannya hanya setiap pekan sekali. Namun, entah kenapa ikatan hati yang terbentuk di dalamnya benar-benar kuat, mungkin ada yang sampai menyamai ikatan keluarga sedarah. Mungkin karena manusia-manusia dalam ‘keluarga’ ini langsung diikatkan hatinya satu sama lain oleh Rabb Semesta Alam.

Selama perjalanannya, masing-masing orang di dalamnya telah ‘mendapatkan’ sesuatu dari yang lain. Mereka mendapatkan sebuah/lebih dari satu –jika diakumulasikan- nilai baik yang kemudian mempengaruhi kehidupannya. Tiap-tiap orang – jika ikhlas karena Allah- pasti akan mendapatkan nilai baik, sekecil apapun itu. Bersamaan dengan itu, secara tidak sadar ternyata mereka juga ‘memberikan’ sesuatu. Inilah saat memberi, saat menerima.

Dengan media/forum inilah ke’baik’an yang telah dimiliki dapat terpelihara dan ditumbuhkembangkan. Tentunya dengan menyerap nilai-nilai baik dari orang lain/lingkungan, nantinya ke’baik’an itu dapat diberikan kembali. Selain itu, dalam setiap nilai baik yang diberikan akan ada hasil yang didapatkan. Karena Allah akan membalas kebaikan walau seberat dzarah... Ibarat pohon, ia menyerap air, mineral, dan CO2 untuk kemudian diubah melaui proses fotosintesis menjadi C6H12O6 dan O2 yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan.


Kita senantiasa meminta kepada orang lain
Sayangnya, kita sering lupa untuk memberi
Kita tak sadar bahwa apapun yang kita berikan
sebenarnya adalah untuk kita sendiri
bukan untuk siapa-siapa
Kita selayaknya meneladani sang surya
yang memberi tanpa mengharap imbalan
Kita hanya perlu percaya bahwa apapun yang kita berikan
suatu ketika pasti kembali kepada kita
Ini merupakan keniscayaan, suatu hukum alam yang sudah ditetapkan Allah
#ratih,181003

*...kuatkanlah ikatannya ya Allah...*
221206






No comments: