Thursday, August 2, 2007

Stagnasi

Kelak ketika senja datang sang surya akan tenggelam. Bukan tak ingin lagi membagi tentang apa yang dimiliki. Tidak juga hendak lari dari takdir yang ditetapkan. Bahwa ia dicipta untuk menghangatkanmu. Ia tetap di sana sebagaimana biasanya. Hanya saja kini ia ada untuk bumi seberang.

Keberadaannya terasa nyata, persis ketika kau kehilangan sinarnya. Berharap kelak esok ia akan datang lagi dan memberikan secercah sinar harapan untuk hidup. Kini di dalam kesunyian cahaya, kerinduan tentang kokokan ayam dan kicauan burung membuncah. Menjadi sebuah asa untuk tetap melangkahkan nafas pada tarikan berikutnya. Juga merangkai rencana hidup lebih baik.

Malam menjadi sebuah perjalanan panjang yang senantiasa digelayuti tanya, akankah aku disampaikan pada surya terbit? Diberikan kembali kesempatan untuk meningkatkan mutu hidup yang cuma sekali ini. Kerelaan dan keikhlasan atas hidup tadi siang dilepaskan. Seiringan dengan do’a dan harapan agar kelak dapat bertemu kembali, namun ternyata masih ada yang tertinggal.

Saat penantian itu adalah saat pengujian. Apakah ia ditemani dengan kesabaran dan keikhlasan ataukah hanya angan-angan dan prasangka belaka. Tentang bagaimana penantian itu dilalui akan menunjukkan kualitas usaha saat esok tiba. Namun, ternyata masih ada yang tertinggal di alam jiwa.

Ketakutan akan kehilangan lagi sinar dan kehangatannya. Itu yang tertinggal. Sehingga langkah kaki menjadi tertatih-tatih dan seringkali terhenti. Melemparkan semua pertanyaan kosong yang tidak berjawab. Menghabiskan energi untuk stagnasi. Sehingga semua asa yang telah ditanam sia-sia dan langkah kaki itu tetap di tempat. Karena sebentar lagi surya akan tenggelam.

150707
Ini adalah ketetapanNya...tapi, bukan untuk diratapi !

2 comments:

Lucky said...

puitis banget, jadi kagak ngerti...

*kemampuan apresiasi seni rendah ;))

ratih putri said...

>lucky
puitis??masa sih??
mungkin 'berkelok-kelok'...;P

*lieur gara2 TA :(,kayaknya...