Sunday, January 28, 2007

Kita adalah Orang Lain?!

Keberadaan satu manusia terhadap manusia lainnya ternyata sangat berpengaruh. Added value yang diterima seseorang dari lingkungan sekitarnya, dari orang-orang yang berinteraksi secara intensif dengannya, dapat menjadi asupan signifikan dalam pembentukkan jiwa dan psikologi seseorang. Nilai yang ditambahkan tentunya bisa bersifat negatif atau positif, semua sangat relatif. Sesuatu yang masuk (aksi) ini akan menimbulkan reaksi dari penerima.

Namun, dalam perjalanannya otak-lah yang menentukan keberterimaan sebuah aksi yang masuk. Sebelum keputusan final terhadap hal tersebut, qalbu (hati,red) manusia menjadi ’panglima jenderal’, yang akan memberikan instruksi kepada otak. Di tempat ini-lah terdapat semua nilai agung manusia, yang telah Allah tetapkan sebagai fithrah. V.S. Ramachandran, seorang ahli syaraf dari California Unversity, menemukan eksistensi God-Spot ini dalam otak manusia. Jadi, sebenarnya qalbu itu tidak terletak di dada (jantung,red) tapi di otak.

Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Sedangkan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu adalah hati. (HR Bukhari dan Muslim)

Aktivitas aksi-reaksi ini mengalami percepatan yang luar biasa hanya pada saat setelah bayi dilahirkan. Setelah kelahiran, sel-sel menjulur dan saling berhubungan melalui synapse di mana muatan listriknya berubah, menjadi sat-zat kimia pada sebuah lubang yang dalam, dan berubah kembali menjadi muatan listrik. Inilah kemudian yang akan menentukan reaksi. Proses ini terjadi setiap saat ketika manusia menerima aksi, namun pada fase paska kelahiran inilah terjadi perubahan yang mencengangkan. Subhanallah, 83% pertumbuhan dendrit terjadi setelah kelahiran!

Perkembangan otak tak banyak dipengauhi oleh faktor genetik, melainkan lebih dipengaruhi oleh dunia luar maupun di dalam diri seseorang. Otak diciptakan untuk menciptakan dirinya sendiri setelah kelahiran. Perkembangan otak merupakan sesuatu yang terjadi akibat respon.

Dengan kata lain, kita akan menjadi ’sesuatu’ karena respon dari luar seperti lingkungan yang membentuk kita. Walaupun terdapat pula faktor genetik dan pengaruh qalbu, namun setiap kita akan menjadi individu sebagai hasil adaptasi dari habitat-nya. Jadi, mungkinkan sebenarnya setiap dari kita adalah ’turunan’ dari orang lain? Orang tua pastinya sangat berpengaruh besar, namun tidak selamanya seperti itu karena tergantung pula pada eksistensi mereka di sekeliling anak-nya.

Jika seorang anak ditumbuh-kembangkan oleh ibu-nya pasti akan membentuk individu yang berbeda ketika ia diasuh oleh nenek-nya atau bahkan pembantu-nya. Sama halnya dalam kehidupan keseharian seorang manusia, lingkungan kerja yang profi -oriented akan berbeda dengan social-oriented. Seorang yang bergaul dengan penjahat akan berbeda dengan yang bergaul dengan musisi. Kita akan menyerap warna-warna dari sekeliling.

Bahkan bisa jadi, kita saat ini sebenarnya adalah orang lain, dimana karakter orang itu telah terinfiltrasi dan mendominasi karakter kita. Meskipun, hal ini terjadi relatif pada setiap orang. Orang yang memiliki kekuatan jiwa dan karakter yang kuat yang tumbuh ’sendiri’ akan sulit ’ditembus’. Namun, dengan berjalannya waktu dan intensitas pertemuan maka ia akan dapat ’ditembus’. Ibarat tetesan air yang mampu melubangi batu.

Jadi, keberadaan kita kepada orang lain dapat mempengaruhi kondisi kejiwaannya. Karena setiap nilai yang kita berikan akan menjadi asupan untuk perkembangan otak dan jiwa-nya. Jadi, mau memberikan warna apa pada adik, teman, sahabat dekat, atau bahkan orang yang tidak kita sukai? Percaya atau tidak warna itu sedikit-banyak akan mewarnai-nya, jika Allah berkehendak.

260107
Selamat milad ke-3, Naswa^_^
Semoga warna yang telah kuberikan, dapat menjadikanmu lebih ’putih’...amin.

4 comments:

Wiyono K said...

sisi lain dari kehidupan kita adalah anugerah. demikian juga karakter yang ada dalam diri kita. jadi setiap warna apapun yang melekat pada diri kita pada dasarnya warna indah yang memang dititipkan oleh Allah. entah itu dari orang lain ataupun hadir melalui poreses tarbiyah yang panjang.

keep spirit!

Trian Hendro A. said...

sedikit komen:

lingkungan membentuk kita di awal pertumbuhan dan sebagian kecil masa lanjutnya. karena di sebagian besarnya, harusnya kita yg justru membentuk lingkungan.

Galuh S Indraprahasta said...

the body-mind-soul tampaknya lebih tepat jika menjadi satu hakikat sistem dinamik

ratih putri said...

pro trian:
'...karena di sebagian besarnya, harusnya kita yg justru membentuk lingkungan.' ---> sepakat,justru disinilah nilai kesejatian manusia teruji.how strong are we??...jika dan hanya jika nilai yg kita pancarkan bersumber pd nilai kebenaran hakiki.[jadi nyambung ke proses tarbiyah-kah??maybe,-nyambung kt wiyono]

pro galih:
satu hakikat sistem dinamik?!.bisa dijelaskan hubungannya dengan laju alir lingkungan?karena menurut saya kl terlalu rigid spt itu,terkesan sangat ke-aku-an dan kaku.